Asal Mula Tradisi Kenduri di Jawa dan Indonesia


Peringatan yang dilaksanakan pada hari hari tertentu tersebut, Yang kemudian dalam masyarakat muslim Jawa disebut sebagai “nelung ndina” (peringatan yang dilaksanakan pada hari atau malam ke-3 dari kematian), “mitung ndina" (hari atau malam ketujuh), “matang puluh" (hari atau malam Ice-40), “nyatus” (hari atau malam ke-mo), dan "nyewu" (hari atau malam ke-woo), bukanlah asli tradisi masyarakat Jawa. Tradisi peringatan kematian tersebut berasal dari tradisi sosio. religi bangsa Campa Muslim (mendiami kawasan Vietnam Selatan sampai mengalami pengusiran sekitar tahun1446 dan 1471 M). Sementara tradisi muslim Campa tersebut diwarisi dari kultur kaum muslim kawasan Turkistan, Persia, Bukhara dan Samarkand yang dari tiga kawasan itulah Islam berkembang di kawasan Indo-Cina, termasuk Campa sejak abad ke-10 M (Francaise, 1981: 52, 2.47). Tradisi yang paling banyak mempengaruhi orang Campa adalah tradisi Persia, sehingga wajar jika ada tradisi haul, perayaan hari 'asyura, mauled Nabi, nishii sya'ban, rebo wekasan, larangan hajat di bulan muharram, madah Nabi dan ahl al-bait dan sebagainya (S.Q. Pathimy, 1963; Francaise, 1981). Setelah bangsa Campa diusir oleh Le Nanh-ton dan Tanh-ton, mereka banyak yang mengungsi ke Indonesia, dan menyebarkan lslam dengan budaya sosio-religiusnya untuk masyarakat Indonesia. Salah satu tokoh yang menyebarkan tradisi muslim Campa tersebut adalah Sunan Ampel, yang diteruskan oleh para muridnya, seperti Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunungjati dan sebagainya. 


Sedangkan bagi masyarakat Jawa asli, dan demikian juga dalam Hindu serta Budha, tradisi peringatan kematian hampir tidak ada, kecuali yang disebut dengan upacara peringatan terhadap orang mati yang disebut sraddha, yakni upacara merawat arwah orang meninggal yang dilakukan pada tahun Jawa ke-12 (sekitar 11,5 tahun Masehi) dari kematian. Dalam naskah-naskah Jawa, upacara tersebut hanya disebutkan dilakukan oleh Prabu Hayam Wuruk (Nagarakretagama pupuh 2/1, dan pupuh 63-67). Upacara ini dilaksanakan pada bulan Badra tahun jawa 1284 atau 1362 M. selain itu, masyarakat Jawa tidak mengenal peringatan kematian yang lain, sampai datangnya tradisi lslam dari Campa yang dipemgaruhi oleh tradisi Persia dan Samarkand di atas. Sehingga salah besar anggapan sebagian orang yang menyatakan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Din Syamsuddin dikabarkan menikah dengan cucu pendiri Pondok Pesantren Gontor

Resep Dan Cara bikin Ikan gurameh saos tiram